• RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Selasa, 28 Oktober 2014

Senin (20/10/2014) dini hari mendatang, sebuah komet bakal lewat dekat Mars. Jarak komet bernama C/2013 A1 atau Siding Spring tersebut dengan Mars hanya 131.800 km, sangat dekat dalam skala astronomi.

Dampak di Mars, debu komet bakal menyelimuti planet merah. Debu akan masuk ke atmosfer, berpotensi menimbulkan hujan meteor yang mengagumkan. Pada saat yang sama, wahana manusia yang kini berada di Mars terancam terganggu fungsinya.

Mari berandai-andai, bagaimana bila komet Siding Spring yang punya diameter 700 meter itu mendekati Bumi dan menumbuk daratan kita? Bagaimana pula bila lokasi jatuhnya ada di Indonesia.

Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo dengan bantuan killerasteroid.org serta Down Earth membuat sebuah simulai. Dari simulasi itu, bila menumbuk Bumi, dampak tumbukan komet Siding Spring memang dahsyat.

Ma'rufin menerangkan, jika massa jenis inti komet dianggap 1 gram per sentimeter kubik, maka dengan diameter 700 meter dan kecepatan 56 km/detik, tumbukan bisa membentuk kawah berdiameter 5.400 meter dan kedalaman hampir 500 meter.

Saat mendarat di Bumi, bola api bersuhu 10.000 derajat Celsius berukuran 13 kilometer bakal tercipta. Goncangan setara gempa bermagnitudo 8 akan terjadi. Energi kinetik yang dilepaskan bakal mencapai 61.000 Megaton TNT atau 3 juta kali bom Hiroshima.
Ma'rufin SudibyoSimulasi apabila Siding Spring menumbuk Monas.

Nah, bila komet itu jatuh di Monas, Jakarta, gelombang kejut yang tercipta bakal bisa merontokkan bangunan beton hingga sejauh Merak di sebelah barat dan Karawang-Bandung di sebelah timur.

Sinar inframerah berintensitas tinggi yang dihasilkan dari tumbukan bisa membuat orang hingga Jawa tengah dan Lampung Barat mengalami luka bakar tingkat satu. Dampak serupa akan muncul di daratan mana pun komet mendarat.

Apabila komet jatuh di Samudera Hindia, maka akibatnya adalah tsunami. Berdasarkan simulasi, tsunami yang ditimbulkan minimal berketinggian 7 meter, berpotensi mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar.
Ma'rufin SudibyoSimulasi dampak apabila komet Siding Spring jatuh di Samudera Hindia.

Dalam percakapan dengan Kompas.com, kamis (16/10/2014), Ma'rufin mengatakan, "Semakin besar energinya, semakin jauh jangkauan perusak gelombang kejutnya dan semakin jauh juga jangkauan perusak sinar inframerah intensitas tingginya."

"Kalo untuk gelombang kejut, ada fungsi jarak pangkat tiga untuk penurunan kekuatan perusaknya. Sementara untuk sinar panas  atau inframerah, fungsinya jarak pangkat dua," imbuhnya.

Ini semua hanya simulasi. Kenyataannya, Siding Spring tidak akan menuju Bumi. Walau sempat diramalkan akan menumbuk Mars, komet tersebut kini hanya diprediksi lewat sangat dekat dengan planet itu.
Siding Spring ditemukan pada 3 Januari 2013 oleh Robert H McNaught. Nama Siding Spring diambil dari nama observatorium yang dipakai untuk pengamatan, Siding Spring Observatory di Australia.