Puluhan jamu tradisional masih antri untuk
mendapatkan saintifikasi jamu atau jamu yang telah lolos uji ilmiah. Sementara
itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan tiga jamu lolos uji ilmiah
pada tahun ini.
Kepala Badan Litbangkes Kemenkes Tjandra Yoga
Aditama ketika dijumpai wartawan di sela-sela Simposium Internasional Medical
Plant and Traditional Medicine di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu, Rabu (4/6/2014),
mengatakan saat ini sudah ada dua jamu yang mendapatkan saintifikasi jamu atau
lolos uji ilmiah. Dua jamu tersebut adalah untuk hipertensi ringan, seo dan asam
urat.
“Pada tahun 2014 direncanakan akan diperoleh tiga
jamu saintifik yaitu untuk nyeri sendi, mual-mual atau kembung dan wasir,”
ujarnya.
Diakuinya, selama ini penggunaan jamu sudah sangat lama
dikenal oleh masyarakat. Namun untuk menguji secara ilmiah, maupun dari aspek
khasiat, mutu dan jaminan keamanan obat tradisional harus dilakukan pengujian.
Sampai saat ini, disebutkannya, baru diuji 24 formula jamu untuk menjadi
kandidat formula jamu saintifik. Rinciannya, 19 formula jamu untuk uji klinik
pre-post dan lima formula jamu untuk uji klinik multicenter.
“Puluhan jamu ini masih antre uji ilmiah. Jamu
saintifik yang dihasilkan dari program akan digunakan untuk terapi komplementer
di fasilitas pelayanan kesehatan,” katanya.
Tjandra mengatakan akan menjajaki kerja sama dengan
perusahaan farmasi milik negara untuk memproduksi massal lima jenis jamu
berstandar ilmiah ini. Dirinya ingin memasarkan jamu hingga ke kancah
internasional. Seperti halnya kegiatan digelarnya simposium internasional ini
untuk mengenalkan jamu ke dunia internasional.
“Kami mengajak BUMN yang bergerak di bidang farmasi
untuk memproduksi massal lima jenis jamu saintifik. Dua diantaranya sudah
mendapat sertifikat lulus uji ilmiah,” katanya.
Tjandra menuturkan pemanfaatan produk tanaman obat
dan jamu turun-temurun tanpa riset dan pengujian ilmiah. Guna membuktikan
khasiat, mutu dan jaminan keamanan bagi pasien, metode ilmiah diterapkan di
laboratorium B2P2TOOT. Pemerintah terus memantapkan pemakaian jamu masuk dalam
sistem kesehatan nasional. Karena itu, dia mengatakan diperlukan sinergitas
pemerintah pusat, Pemda, kalangan pengusaha dan akademisi guna mewujudkannya.
Dari hasil riset, dia menyebutkan 77,8 % rumah tangga memanfaatkan pelayanan kesehatan
tradisional dan 49 % diantaranya mengkonsumsi ramuan.
“Jadi sekarang sudah saatnya untuk mengintegrasikan
jamu dalam pelayanan kesehatan sesuai permenkes No 3/2010 tentang Saintifikasi
Jamu,” jelasnya.