• RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Senin, 23 Juni 2014



Puluhan jamu tradisional masih antri untuk mendapatkan saintifikasi jamu atau jamu yang telah lolos uji ilmiah. Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan tiga jamu lolos uji ilmiah pada tahun ini.
Kepala Badan Litbangkes Kemenkes Tjandra Yoga Aditama ketika dijumpai wartawan di sela-sela Simposium Internasional Medical Plant and Traditional Medicine di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu, Rabu (4/6/2014), mengatakan saat ini sudah ada dua jamu yang mendapatkan saintifikasi jamu atau lolos uji ilmiah. Dua jamu tersebut adalah untuk hipertensi ringan, seo dan asam urat.
“Pada tahun 2014 direncanakan akan diperoleh tiga jamu saintifik yaitu untuk nyeri sendi, mual-mual atau kembung dan wasir,” ujarnya.
Diakuinya, selama ini penggunaan jamu sudah sangat lama dikenal oleh masyarakat. Namun untuk menguji secara ilmiah, maupun dari aspek khasiat, mutu dan jaminan keamanan obat tradisional harus dilakukan pengujian. Sampai saat ini, disebutkannya, baru diuji 24 formula jamu untuk menjadi kandidat formula jamu saintifik. Rinciannya, 19 formula jamu untuk uji klinik pre-post dan lima formula jamu untuk uji klinik multicenter.
“Puluhan jamu ini masih antre uji ilmiah. Jamu saintifik yang dihasilkan dari program akan digunakan untuk terapi komplementer di fasilitas pelayanan kesehatan,” katanya.
Tjandra mengatakan akan menjajaki kerja sama dengan perusahaan farmasi milik negara untuk memproduksi massal lima jenis jamu berstandar ilmiah ini. Dirinya ingin memasarkan jamu hingga ke kancah internasional. Seperti halnya kegiatan digelarnya simposium internasional ini untuk mengenalkan jamu ke dunia internasional.
“Kami mengajak BUMN yang bergerak di bidang farmasi untuk memproduksi massal lima jenis jamu saintifik. Dua diantaranya sudah mendapat sertifikat lulus uji ilmiah,” katanya.
Tjandra menuturkan pemanfaatan produk tanaman obat dan jamu turun-temurun tanpa riset dan pengujian ilmiah. Guna membuktikan khasiat, mutu dan jaminan keamanan bagi pasien, metode ilmiah diterapkan di laboratorium B2P2TOOT. Pemerintah terus memantapkan pemakaian jamu masuk dalam sistem kesehatan nasional. Karena itu, dia mengatakan diperlukan sinergitas pemerintah pusat, Pemda, kalangan pengusaha dan akademisi guna mewujudkannya. Dari hasil riset, dia menyebutkan 77,8 %  rumah tangga memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional dan 49 % diantaranya mengkonsumsi ramuan.
“Jadi sekarang sudah saatnya untuk mengintegrasikan jamu dalam pelayanan kesehatan sesuai permenkes No 3/2010 tentang Saintifikasi Jamu,” jelasnya.